Happy Birthday

image

Author : Cute Baby Hae

Cast : Shin Hyun Hyo
Kim Yesung
Other

~~~

Keringat dingin terus saja keluar tak berhenti. Wajah itu hanya menatap kertas kecil yang ada di tangannya tanpa ekspresi. Membaca tiap kata per kata seolah memahami artinya terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaanku. Tak perlu menjadi pintar untuk mengerti apa maksud secarik kertas di tangannya itu. Perasaan tak enak selalu melingkupi saat dia hanya melakukan pergerakan kecil pada kakinya.

Wajahku berbinar saat wajahnya terangkat. Dan mata sipit itu menatapku lekat. Rambut hitam, kulit putih, dan senyum tipis di bibirnya membuat senyumku tak sengaja terukir. Terhipnotis oleh pesona yang dimilikinya- Kim Yesung- Murid yang sudah kukagumi sejak pertama kali masuk ke halaman sekolah ini. Dia pintar dalam bidang akademik apalagi musik, suaranya itu mampu menyentuh ulu hatiku. Membuat perasaan ini berubah secepat apa yang ingin ia sampaikan dalam nyanyiannya.

Dia menghela nafas berat menghancurkan imajinasiku saat ia mengatakan akan menerimaku. Tolong siapapun hentikan dirinya jika akan menolak. Aku tak sanggup. Kutundukkan wajahku malu. Malu jika ia benar benar mengucapkan kata penolakan itu.

“Aku… Ya… Aku akan datang ke pesta ulang tahunmu,”

Sungguh ini surga dunia. Kuangkat wajahku segera ingin mengucapkan terimakasih. Namun wajah itu sudah tertutupi buku mata pelajaran. Membuatku membatalkan niat itu. Aku berbalik dan berjalan ke bangkuku karena tadi sempat terdengar bel masuk berbunyi. Nanti malam! Ya nanti malam aku harus menjadi putri di hadapannya. Snow white? Ariel? Rapunzel? Atau Cinderella? Ahh aku bingung. Ku acak rambutku tak sabaran memikirkan gaun apa yang harus ku pakai serta image putri dongeng mana yang kupelajari agar Yesung melirikku. Sesekali menggertakkan gigiku kesal saat sebuah ide yang khayal muncul begitu saja.

“Ekkehm,” Seorang guru yang tadinya asyik menerangkan mata pelajarannya sekarang memandangiku dengan tajam serta seluruh pandangan murid yang menatapku kecuali orang itu. Orang yang mengakibatkanku ada dalam keadaan seperti ini, “mianhae sonsaengnim,” ujarku menundukkan kepala kaku.
“Fokus pada jamku nona Shin atau kau tak ingin mengikuti jamku?” ucap beliau dingin dan kembali menghadap papan tulis. Ayo Hyunie, fokus pada pelajaranmu setelah ini minta nemomu mengantar memilih gaun pesta! Ish dasar!

~~~

“Hey turtle what’s wrong with you?” ucap seseorang dengan suara cempreng khasnya yang dengan girangnya berlari ke arahku. Hampir menabrakku jika saja ia tak mengerem larinya. Aku berdecak sebal pada tingkah overnya yang kadang ada kadang menghilang.

“Jangan berbicara dengan bahasa inggris, logatmu tak pantas,” desisku membuat kerutan di dahinya bermunculan lalu bibir itu mengerucut sebal seraya merutukiku pelan. Aku tertawa melihatnya. Dia Han Hyun Rin. Temanku. Sering ku sebut nemo. Dia sering menyebutku seenak jidatnya sesuka moodnya. Aku sering berpikir jika dia mempunyai jadwal dalam memanggil namaku?

“Besuk kau ultah ya?” aku mengangguk menjawabnya. Berjalan di sampingnya ke tempat parkir.
“Oh ya, ini,” kuserahkan undangan ke tangannya. Dia berhenti membuatku ikut berhenti. Matanya menari nari membaca kalimat yang tertulis disitu.

“Nanti malam? Tak apa lah! Tapi sungguh tulisan ini tak rapi ditambah hiasan yang ada balon balonnya berlebihan serta-” kupukul kepalanya keras mengakibatkan pekikan sakit itu mengaum keluar.
“Tidak usah datang kalau begitu,” ucapku acuh meninggalkannya terdiam. Otaknya terlalu lelet saat ini buktinya dia lama sekali mencerna kalimatku.

“Yak!! Hyunie sayangku!! Kau yakin tak mengizinkan ikan nemomu yang cantik ini datang?” aku mencibir mendengar teriakan memohon yang melibatkan pemujaan terhadap dirinya yang berlebihan. Sungguh Tuhan memberikan percaya diri yang tak setengah setengah.
“Itu kan hakmu!” desisku berbalik menatap ekspresinya yang lelah saat berteriak kencang dan mengejarku tadi.

“Baiklah aku akan datang,” ucapnya mengedipkan sebelah mata lalu memelukku dan kemudian berlari ke arah gerbang sekolah.
“Yak NEMO!!!” teriakku membuatnya berhenti dan berbalik menatapku kembali.
“Nanti ku kirim pesan, luangkan waktumu!” pesanku yang ia balas dengan jari jempolnya lalu berlari ke luar area sekolah. Aku tersenyum melihat tingkahnya itu seolah dia tak memiliki beban di hidup ini. Hah anak itu.

Kulirik jam tanganku dan mata ini membulat seketika melihat jarum jam pendek yang menunjuk pada angka 2. Aaaaahhhh…. Padahal aku ada les matematika! Aku berlari menuju tempat parkir membuka pintu mobil hitam dan melajukannya. Aku mendengus kesal saat mengingat aku harus pulang ke rumah. Kuinjak gas dengan kecepatan penuh melesat jauh di jalanan seoul ini.

Baru saja aku turun dari dalam mobilku mataku menangkap perawakan wanita yang tertawa sok anggun di depan ibuku. Bibirku mendesis saat mata kami bertemu. Celana jeans serta sweater yang menempel disana ditambah rambut yang ia gerai diterpa angin saat melangkah mendekatiku.

“Kau sangat lelet mata besar,” desisnya yang kuhadiahi pukulan di kepalanya lagi.
“Tak usah sok manis di hadapan ibuku, nemo amis,”
Dia meringis dan berjalan mengikutiku masuk.

“Eomma, aku pulang,” ucapku pada ibuku.
“Hari ini kau boleh libur les sayang, kata Hyun Rin kau akan diajak berjalan jalan ke mall,” kulirik tajam nemo yang menatapku dengan cengiran kekanak kanakkannya. Awas saja kau nemo amis! Tapi memang benar sihh aku perlu gaun pesta untuk nanti malam.

“Tapi eomma-”
“Tak ada penolakan,” ibuku menyela ucapanku dan langsung masuk ke kamarnya tanpa berbalik.

“NEMO amis!!!” dia tertawa terbahak bahak mendengar teriakanku padanya.
“Cepat ganti bajumu jari kecil! Stylish mu tak memiliki banyak waktu,” ujarnya melirik jam dinding yang ada di ruang tamu.

“Dasar ikan teri! Bau amis! Percaya diri terlalu tinggi-”
“Hentikan desisanmu yang tak berguna Hyo-ya, waktu kita tidak banyak,”
“Okay okay! Oh ya jangan panggil aku Hyo-ya,” dengusku

“Kenapa? Aku menyukai nama itu?” dia menjulurkan lidahnya ke arah ku membuatku malas untuk berbalik menatapnya lagi. Segera aku melangkah ke kamar mengganti seragam sekolah dengan pakaian biasa. Kaos dan celana panjang serta tas yang berisi dompet, hp dan notes. Tak lupa mengikat ekor kuda rambut panjangku.

Aku berlari turun ke arah Hyun Rin yang membolak balik kesal sebuah majalah. Bibirnya mengerucut serta anak rambut pendeknya yang baru baru ini ia potong terbang kesana kemari seturut gerakan kepalanya. “Tak usah sok imut, kajja kita berangkat!” ucapku menarik kerah jaket jeansnya.
“Yak!!” dia melepaskan tanganku dari kerah jaketnya lalu berdiri. Mendekatiku kesal. “Aku dari dulu memang imut,” katanya seraya menyibakkan rambut sebahunya itu. “Ck! Oh ya kau mau menyetir?”

“Nona Shin yang pelupa, kau ingin mati karena kecelakaan?” decaknya berjalan mendahuluiku. Ya aku lupa bahwa Han Hyun Rin masih belum bisa mengendarai kendaraan sendiri.

~~~

Aku melempar asal totebag ke kasurku. Ya tadi aku telah melewatkan waktu yang mengerikan bersama Han Hyun Rin di sebuah mall pusat kota. Dia memilihkan gaun gaun untukku yang pernah dipakai tokoh komik. Membuatku harus memupuk banyak kesabaran saat ia merajuk.

Kulirik jam dinding yang ada sudah menunjukkan pukul 20.30 mati kau Hyunie!!! Pesta dimulai pukul 22.00 dan waktumu untuk mempersiapkan diri adalah satu setengah jam. Aku segera melesat ke kamar mandi.

Setelah selesai memoleskan beberapa make up tipis untuk membalut wajahku agar terlihat lebih cerah, kulirik pantulan diriku yang dibalut gaun biru dengan aksen gelap serta rambut yang kugerai. Kurasa ini cukup agar Yesung melirikku. “Chagi, maaf eomma harus pergi saat pestamu akan mulai, ada keadaan mendesak,” suara lembut itu membuatku menoleh pada wanita paruh baya yang bersandar pada daun pintu kamarku dengan tatapan sendu.

Senyumku tertarik hanya melihat wajahnya saja. Wajah yang selama ini membantuku mengenal dunia, wajah yang selama ini berekspresi karena tingkah lakuku, wajah yang selalu kuingat, wajah itu wajah ibuku.
“Gwenchana eomma, aku sudah besar, jadi aku bisa mengurus pesta disini. Jika urusan itu benar benar mendesak pergilah,” ucapku seraya menghapus air mata yang tak sengaja meleleh. Kurengkuh tubuh itu dalam dekapanku. Pelukan yang selama ini selalu hangat. Dan sekarang pun masih sama.
“Mianhae,” desis beliau

“Gwenchana eomma,” kutepuk pundaknya pelan, berusaha menenangkan perasaannya yang kacau.
“Eomma ada hadiah untukmu,” beliau melepas pelukanku dan berlari ke depan pintu kamar, mengambil sebuah kotak besar. Lalu berjalan tergesa gesa menyerahkan kotak itu padaku.

“Untuk malaikat kecilku,”

kuterima kotak itu. Menatapnya penuh harap. Mataku berkaca kaca hanya melihat kotak itu, kuangkat kepalaku untuk memandang beliau, meminta persetujuan agar aku dapat membukanya sekarang. Ibuku mengangguk. Menyetujui. Seolah tahu apa yang kufikirkan saat ini.

Dengan tergesa gesa kurobek kertas kado yang membungkusnya, lalu membuka kotak itu. Mataku membulat melihat sepatu cantik dengan kalung sederhana namun elegan, dan tak ketinggalan sepasang anting anting. Dibawahnya terdapat bingkai foto yang terbalik, kutarik benda itu penasaran. Kini air mata yang tadi dapat kutahan sekarang meluncur bebas. Itu…. Itu foto kami sekeluarga sedang tertawa lebar.

“Sudah, jangan menangis, sayang-hiks,” ucap beliau menarik kotak itu dan meletakkannya di kasur lalu memelukku kembali.
“Eomma,” suaraku serak memanggilnya. Sebelum aku menenggelamkan kepalaku dalam bahunya. Menjatuhkan seluruh air mataku disana.

“Nona, tamu sudah datang-” suara pelayan menyadarkanku. Segera kulepas pelukan itu dan kuhapus air mata tadi. Kukenakan sepatu,kalung dan anting anting yang diberikan ibu tadi “Eomma aku turun, hati hati ne,” kukecup kedua pipi beliau sebelum pergi.
Aku menuruni tangga perlahan. Kuedarkan pandanganku ke seluruh penjuru rumahku. Mendapati teman temanku sudah berkumpul dan berdiri di posisinya. Hyun Rin dengan gaun merah menyalanya serta rambut yang disanggul sungguh menyilaukan mataku.

Hyun Rin tersenyum kekanakan dan tanpa malu melambaikan tangannya ke arahku yang masih berjalan menuruni tangga. Aku mendesis lalu mencubit lengannya yang terekspos jelas membuatnya menjerit kecil kesakitan. “Kejahatanmu tak bisa didiskon untuk hari ini?” katanya polos.

Kutatap tajam matanya sebelum kembali beralih pada teman temanku yang menatap kami. Aku tersenyum ramah. Tak lupa sesekali aku melirik ke sudut sudut ruangan mencari sosok yang paling kuinginkan saat ini berdiri dalam acara ini.
“Kau mencari Yeye oppa? Dia belum datang,” bisik Hyun Rin yang mengetahui gelagat anehku itu. Kulirik dia sebal. Apa tadi dia bilang Yeye oppa? Sok manis sekali… Ish dasar nemo amis!!!
“Tenang saja, ini masih pukul 22.15 masih ada waktu 3 jam sampai pesta tuan putri kejam ini berakhir,” bisik Hyun Rin lagi membuat darahku mendidih.

Aku menoleh ke arahnya dan dia sudah menghilang dari pandangan mataku. Sungguh dia pintar sekali jika bersembunyi dariku. Seorang teman menyapaku membuatku ikut bergabung dalam obrolan mereka dan tenggelam dalam perbincangan wanita ini.

~~~

5 menit lagi pukul 24.00 menandakan umurku akan bertambah. Dan acara selanjutnya adalah tiup lilin. Ku lihat sekelilingku tak ada seorang yang kukenal dekat. Hyun Rin tak ada, ibuku pergi. Huft… Kuhela nafasku berat merasakan detik detik tiup lilin yang sangat membosankan tanpa seseorang yang sangat kau kenal disampingmu. Kubungkukkan wajahku bersiap meniup lilin ulang tahun.

Fiuhhh~

BLAM~

Tiba tiba daerah sekitar menjadi gelap. Mataku tak menangkap apa apa. Hanya Suara bising yang tertangkap telingaku serta gelap yang menyelimuti pandangan.
“Aku harus bagaimana?” desisku sendiri menautkan kedua tanganku gugup. Aku bingung. Tolong!! Aku butuh pertolongan!!

Kulihat lurus ada secercah cahaya yang perlahan menjadi besar. Berjalan mendekatiku. Mataku terfokus pada titik itu. Sampai aku sadar bahwa Hyun Rin lah yang membawa lilin itu serta pelayan yang menyebarkan lilin itu pada para tamu.
“Ini baru awal,” bisiknya tepat di telingaku.

Saeng il Chuk ka hamnida! (Happy bday to you)

Saeng il Chuk ka hamnida! (Happy bday to you)

Ji gu e seo (From the world)

u ju e seo (From the universe)

Je il saranghamnida! (We Love you very much)

Suara lembut itu mengalun di gendang telingaku dengan petikan gitar yang mengiringi. Membuat mataku tertarik untuk memerhatikan sisi gelap di sebelah kanan-Asal suara itu berasal- Kakiku memerintahkanku untuk berjalan mendekati hingga sebuah lilin dinyalakan pelayan satu persatu. Membentuk bentuk lingkaran yang aku ada di dalamnya. Sosok itu muncul dalam penglihatanku membawa gitar dengan senyum yang tak pernah ku lihat sebelumnya.

“Kejutan untukmu hyunie,” ucapnya didepan mic. Aku terpaku ditempatku berdiri. Dia yang tak pernah berbicara banyak padaku sekarang memanggil namaku tanpa marga? Aku masih kaget sampai tak sadar jika Dia sudah meletakkan gitarnya dilantai dan berdiri didekatku.
“Aku tahu kau mengikutiku setiap hari, memperhatikanku, menjagaku dalam jarak yang jauh,” nafasku tercekat. Jadi dia selama ini mengetahui keberadaanku?

“Dan tak terasa kehadiran tersembunyimu membuatku terbiasa sehingga menjadi candu tersendiri bagiku,” dia mengangkat tangannya menyentuh kedua pipiku lalu memajukannya hingga jidat kami bertemu.

“Happy Birthday,” bisiknya lalu mengecup bibirku lama. Aku tetap diam dalam perlakuannya sampai ia melepas tautan bibir kami.

“Saranghae,” teriakan riuh itu menyadarkan otakku. Wajahku bersemu merah seketika. Kukirik Hyun Rin dan eomma yang tersenyum jahil memandangku. ‘Awas saja kau nanti ikan nemo,’ batinku tersenyum kearahnya. Yesung langsung menggenggam tanganku erat mengajakku ke tempat ia meletakkan gitar tadi dan melanjutkan nyanyiannya.

END :-p

Gak kuat *angkat tangan* XD Happy Birthday ya vi, Wish You all The Best and can be a leader in your life. Love ya~

Tinggalkan komentar